Pelangi

Setiap kali melihat pelangi, aku ingin menyampaikan ke semakin banyak orang bahwa dunia ini indah adanya. Tak banyak kesempatan aku bisa melihat pelangi. Seingatku, sejak aku bercelana pendek merah, kurang dari 10 aku telah melihat pelangi.

Bersama teman-teman. ketika berusia kurang dari sepuluh tahun. Aku bersama teman-teman berlari menuju pelangi, seolah-olah dia bisa didekati. Semakin penasaran diriku dengan pelangi ketika di pelajarn IPA, guru SD ku, mengatakan kalau pelangi bisa diciptakan. Dengan menempatkan prisma di antara cahaya tertentu atau pun menyemburkan air ketika matahari sedang membentuk sudut yang lebar. Kira-kira pagi atau sore hari. Rasa penasaran tumbuh karena aku tidak pernah berhasil menciptakan pelangi dari air yang disemburkan, serta tak ada prisma di sekolahanku.

Akhirnya, pelangi hanya bisa aku nikmati pada saat-saat khusus. Pelangi jadi berkat tersendiri bagiku kalau bisa menyaksikannya.

Pelangi yang terindah kutemui saat sore hari di Serpong. Sekitar satu tahun yang lalu. Kebetulan aku berada di lapangan yang luas. Sehingga aku melihat pelangi benar-benar bisa melengkung sempurna sehingga ujungnya menyentuh cakrawala. Susunan warnanya pun lebh lengkap dan tegas batas satu dengan lainnya. Meski tidak benar-benar terlihat me-ji-ku-hi-bi-ni-u. tapi warnanya utuh keluar dan tegas.

Aku sempat memotretnya. Kamera kecil itu ternyata sanggup mengobati rasa rinduku akan keabadian. Kusimpan foto itu, semoga dapat kupajang di sini.

Sebenarnya aku juga berfantasi bahwa nun jauh di sana, di ujung pelangi ada bidadari yang sedang mandi.

Kalau selesai mandi, ketuklah pintuku. Meski sejenak aku ingin dapat kesempatan bercengkerama dengan mu, bidadari.

2 thoughts on “Pelangi

  1. Walah… kok ujungnya jadi pengen ketemu bidadari ? hehe..anyway, pelangi itu indah . dan karena pelangi saya bisa mendapat duit kaget. Pasalnya, jika matahrai bersinar cerah sehabis hujan, bapakku dulu selalu tebak-tebakan sama ke-empat puteri–puterinya. Ayo pelanginya di mana?? sayalah yang selalu pertama menemukan pelangi itu…hehe. habis itu saya langsung traktir adik2ku makan bakso langganan. asyik kan.. (duh kok jd kangen sama bapakku ya… )

  2. Tulisan ini membuat memoriku berputar pada pengalaman masa lampau yang jarang aku jumpai sekarang ini. Lama aku tidak melihat pelangi. Di sepotong malam saat iseng di atas loteng kulayangkan pandanganku jauh ke atas, menembus langit lebam. Namun, aku tidak menemukan satu bintang jatuh pun. Dulu, saat aku masih duduk di bangku SD di sebuah sekolah sederhana di lereng Sempu, aku melihat bintang jatuh. Tidak hanya satu. Mungkin puluhan. Bahkan ratusan kali. Malam begitu indah. Apalagi memandanginya sambil tiduran di atas rumput puncak bukit yang mulai basah oleh embun. Itu dulu, 21 tahun silam. Kadang masa lalu itu manis kalau diingat. Andai manusia punya daya memori kuat, mungkin dia akan membayangkan pemandangan-pemandangan indah saat masih berada di rahim ibundanya….

Leave a comment